🐃 Proses Kodifikasi Hadis Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
Golonganpertama diwakili, antara lain oleh Al-Asy’ari (Zarkasyi, 1, 1400:278). Yang berpendapa t kata Al-Qur’an diambil dari kalimat “Qaranat asy-syai’u bis-sya’i idza dhammamatu h ilaihi.”Ada juga berpendapa t, diambil dari kalimat “Qarana baina al-ba’irai n, idza jama’a bainahuma”.Dari kalimat terakhir ini muncul sebutan Qiran terhadap pengumpula n pelaksanaa
Theofficial formulation of the hadith dates back to the second century H. under the command of Umar bin Abdul Aziz. Hadith as a teaching of Islam, produced various books of hadith scholars who
2Kajian hadis mencapai puncaknya ketika memasuki masa tadwin pada abad kedua hijriah yang dimotori oleh Umar bin Abdul Aziz. Dia merupakan pencetus kodifikasi hadis, sehingga hadis waktu itu menjadi topik kajian yang paling menarik, bahkan pasaca setelah tadwin muncul berbagai karya kitab yang sanagat monumental.
Adapunkodifikasi Hadis yang dimulai sejak beberapa abad setelah wafatnya Kanjeng Nabi, yaitu pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, mengalami puncaknya pada abad ke-10, setelah itu dimensi perdebatan mengenai Hadis bertumpu pada studi otoritas Nabi melalui jalur sanad (mata rantai). Abu Hurairah (5300 Hadis), Ibnu Umar (2600 Hadis), Anas
Umarbin Abdul Aziz, diriwayatkan, telah mengeluarkan perintah kepada Abu Bakar Muhammad bin Amr bin Hazm, Gubernur Madinah untuk men-tadwin (mengkodifikasikan) hadis. Selain itu, ia juga memerintahkan kodifikasi hadis kepada Ibnu Syihab Az-Zuhri (w. 124 H).
FenomenaHoax Dibandingkan Era Khalifah Umar Bin Abdul Aziz story
Sejakdari masa pra-kodifikasi, penulisan dan pembukuan hadis secara resmi atau yang didukung oleh penguasa terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz. Motif utama khalifah berinisiatif demikian karena: Kelonggaran periwayatan hadis di masa khalifah Usman bin Ali sehingga menimbulkan celah untuk pemalsuan hadis. [1]
ViewPerkembangan hadist pada masa Pra ECON 108 at Tulungagung University. 1.1.Perkembangan hadist pada masa Pra kodifikasi (masa Rasulullah SAW) Hadist secarah arfiah berarti
HADITSPADA MASA PENULISAN DAN PEMBUKUAN HADITS SECARA RESMI KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
LihatJuga. Sang Khalifah oleh: Umar bin Abdul Aziz Terbitan: (2015) ; The Khalifah oleh: Abdul Latip bin Talib Terbitan: (2019) ; Studi komparatif proses mediasi di pengadilan agama dengan proses perdamaian di Mahkamah Syari'ah Kuching Sarawak Malaysia oleh: Aziz, Umar Abdul bin Haji Ali Samson Terbitan: (2017)
Masapra kodifikasi hadits, dimulai dari sejak munculnya hadits pertama sampai turunnya perintah resmi khalifah Umâr bin Abdul Azîz kepada para ulama untuk melakukan kodifikasi hadits. Dengan demikian, rentan waktu yang dilalui masa pra kodifikasi, mencakup dua periode penting dalam sejarah transmisi hadits, yaitu periode kenabian dan periode
Kodifikasihadis secara resmi dipelopori Khalifah Umar bin Abdul Aziz (khalifah kedelapan pada masa Bani Umayyah yang memerintah tahun 99-101 H.). Dia menginstruksikan kepada para Gubernur di semua wilayah Islam untuk menghimpun dan menulis hadis-hadis Nabi.
gYX11x. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengumpulan dan penyempurnaan hadist terjadi pada masa pemerintahan khalifah ke8 Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz tahun 99-101H/ menginstruksikan kepada gubernur Madinah yang memerintah pada waktu itu agar mengumumkan pada masyarakat umum tentang gerakan penghimpunan dan penyempurnaan tersebut dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab karena kondisi dilapangan, hadist telah diselewengkan dan telah bercampur aduk dengan ucapan-ucapan israiliyat, hadist difungsikan untuk menguatkan kedudukan kelompok- kelompok tertentu seperti,Bani Umayyah, kelompok Khawarij,dan kelompok Syi'ah yang saling berebut membuat hadist - hadist untuk menguatkan eksistensi kelompok masing - masing. Setelah perintah dari gubernur Madinah atas instruksi dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz,maka berangkatlah sahabat- sahabat Nabi dan beberapa tabiin untuk mencari dan menyeleksi hadist- hadist imam hadist berjuang dengan dengan sungguh sungguh-sungguh, sabar,dan Istiqomah dalam mencari dan melacak sebuah mengembara sampai di wilayah- wilayah yang diketahui ada sumber hadist diwilayah tersebut. Berhari- hari,berminggu - minggu ,berbulan - bulan ,bahkan bertahun-tahun mereka dengan sabar mencari dan mengejar informasi tentang keberadaan sebuah hadist yang sangat terkenal seperti Bukhari,Muslim,Nasi,Tirmidzi,Ahmad bin Hanbal,dan yang dengan serius meluangkan waktunya mencari, melacak,dan selanjutnya menyeleksi dan menghimpun hadist .Dengan upaya keras dari para imam-imam hadist ini ,maka jadilah kitab-kitab hadist yang sering kita baca da jadikan sebagai rujukan dan referensi. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
S S Se ej a r ra a h h K K Ke b bu u d da a y y y a a a an I sl a am m m K Kur iik u ul um m 2 13 23 MENGAMATI Setelah mengamati nilai-nilai karakter di atas dapat disimpulkan bahwa kedisplinandan istiqamah adalah sikaf yang sangat penting dalam sebuah pemerintahan. MARI BERTANYA Setelah mengamati kasus tersebut di atas, maka apa yang dapat dituliskan ? - - - - TAMBAH WAWASAN 1. PROSES KODIFIKASI HADIS MASA KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ Pengumpulan dan penyempurnaan hadis terjadi pada masa pemerintahan khalifah ke- Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz tahun – . Khalifah Umar menginstruksikan kepada gubernur Madinah yang memerintah pada waktu itu agar segera mengumumkan pada masyarakat umum tentang gerakan penghimpunan dan penyempurnaan hadis. Kebijakan tersebut dilakukan oleh khalifah Umar karena kondisi di lapangan, hadis telah diselewengkan dan telah bercampur aduk dengan ucapan-ucapan israiliyat, hadis difungsikan untuk menguatkan kedudukan kelompok-kelompok tertentu seperti, Bani Umayyah, kelompok khawarij dan kelompok syiah yang saling berebut membuat hadis-hadis untuk menguatkan Di unduh dari B B B u u u k k k u u u u u S S i s s s w w w w a w a K K e e e e l a s X X I 24 eksistensi kelompok masing-masing. Setelah perintah dari gubernur Madinah atas instruksi dari khalifah Umar bin Abdul Aziz, maka berangkatlah sahabat-sahabat nabi dan beberapa thabiin untuk mencari dan menyeleksi hadis-hadis nabi. mam- imam hadis berjuang dngan sungguh-sungguh, sabar dan istiqamah di dalam mencari dan melacak sebuah hadis. Mereka mengembara sampai di wilayah- wilayah yang setelah mengetahui bahwa ada sumber hadis di wilayah tersebut. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan–bulan bahkan betahun-tahun mereka dengan sabar mencari dan mengejar informasi tentang keberadan sebuah hadis. mam-imam hadis yang sangat terkenal seperti Bukhari, Muslim, Nasai, Turmizi, Ahmad bin ambal dan Daruqutni. Mereka ini yang dengan serius meluangkan waktunya mencari, melacak dan selanjutnya menyeleksi dan menghimpun hadis. Dengan upaya keras dari para imam-imam hadis ini, maka jadilah kitab- kitab hadis yang sering kita baca sebagai rujukan. 2. PROSES PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN MASA BANI UMAYYAH I Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman permulaan slam termasuk masa Bani Umayyah meliputi bidang yaitu bidang Diniyah, bidang Tarikh dan bidang Filsafat. Pembesar Bani Umayyah tidak berupaya untuk mengembangkan peradaban lainnya. Akan tetapi Bani Umayyah secara khusus menyediakan dana tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan, para khalifah mengangkat ahli-ahli cerita dan mempekerjakan mereka dalam lembaga-lembaga ilmu berupa masjid-masjid dan lembaga lainnya yang disediakan oleh pemerintah. Kebijakan ini mungkin karena didorong oleh beberapa hal . Pemerintah Bani Umayyah dibina atas dasar kekerasan karena itu mereka membutuhkan ahli syair, tukang kisah dan ahli pidato untuk bercerita menghibur para khalifah dan pembesar istana. . Jiwa Bani Umayyah adalah jiwa Arab murni yang belum begitu berkenalan dengan ilsafat dan tidak begitu serasi dengan pembahasan agama yang mendalam. Mereka merasa senang dan nikmat dengan syair-syair yang indah dan khutbah-khutbah balighah berbahasa indah . Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa perkembangan gerakan ilmu pengetahuan dan budaya pada masa Bani Umaiyyah memfokuskan pada tiga gerakan besar yaitu; a Gerakan ilmu agama, karena didorong oleh semangat agama yang sangat kuat pada saat itu. Di unduh dari S S Se ej a r ra a h h K K Ke b bu u d da a y y y a a a an I sl a am m m K Kur iik u ul um m 2 13 25 b Gerakan ilsafat, karena ahli agama diakhir daulah Umayyah terpaksa menggunakan ilsafat untuk menghadapi kaum Nasrani dan Yahudi. c Gerakan sejarah, karena ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat. 3. PERADABAN YANG TUMBUH PADA MASA BANI UMAYYAH I
Oleh Abdul Ghofur A. Pengertian Kodifikasi Hadits Kodifikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan al-tadwin yang berarti codification yaitu mengumpulkan dan menyusun. Secara istilah kodifikasi hadis adalah penulisan dan pembukuan hadits secara resmi berdasarkan perintah khalifah dengan melibatkan beberapa personel yang ahli dalam masalah ini, bukan yang dilakukan secara perseorangan atau untuk kepentingan pribadi. Jadi tadwin al-hadits kodifikasi hadits dapat dipahami sebagai penghimpunan, penulisan, dan pembukuan hadits Nabi atas perintah resmi dari penguasa Negara khalifah bukan dilakukan atas inisiatif perorangan atau untuk keperluan pribadi. Usaha ini mulai direalisasikan pada masa pemerintahan khalifah ke-8 Bani Umayyah yaitu khalifah Umar bin Abdul Aziz 99-101 H/ 717-720 M, melalui instruksinya kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm yang berbunyi “Periksalah hadits Nabi Muhammad SAW dan tuliskanlah karena aku khawatir bahwa ilmu hadits akan lenyap dengan meninggalnya ulama dan tolaklah hadits selain dari Nabi Muhammad SAW, hendaklah hadits disebarkan dan diajarkan dalam majelis-majelis sehingga orang-orang yang tidak mengetahui menjadi mengetahuinya, sesungguhnya hadits itu tidak akan rusak sehingga disembunyikan oleh ahlinya.” Atas instruksi ini, Ibnu Hazm lalu mengumpulkan hadits-hadits Nabi, baik yang ada pada dirinya maupun pada Amrah, murid kepercayaan Siti Aisyah. Di samping itu, khalifah Umar bin Abdul Aziz juga menulis surat kepada para pegawainya di seluruh wilayah kekuasaannya, yang isinya sama dengan isi suratnya kepada Ibnu Hazm. Orang pertama yang memenuhi dan mewujudkan keinginannya ialah seorang alim di Hijaz yang bernama Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri al-Madani 124 H yang menghimpun hadits dalam sebuah kitab. Khalifah lalu mengirimkan catatan itu ke setiap penjuru wilayahnya. Menurut para ulama, hadits-hadits yang dihimpun oleh Abu Bakar bin Hazm masih kurang lengkap, sedangkan hadits-hadits yang dihimpun oleh Ibnu Syihab al-Zuhri dipandang lebih lengkap. Akan tetapi, sayang sekali karena karya kedua tabi’in ini lenyap sehingga tidak sampai kepada generasi sekarang. Para sarjana hadits, seperti Ajjaj al-Khatib, Mustafa Husni as-Siba’i, Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Nu’man Abd al-Mu’tal, Muhammad al-Zafaf, dan lain-lain, menemukan dokumen yang bersumber dari Imam Malik bin Anas bahwa kodifikasi hadits ini adalah atas prakarsa khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan menugaskan kepada Ibnu Syihab az-Zuhri dan Ibnu Hazm untuk merealisasikannya. Begitu juga Umar bin Abdul Aziz menugaskan kepada ulama-ulama lain di berbagai penjuru untuk ikut serta membantu pelaksanaan kodifikasi hadits Nabi tersebut. B. Latar Belakang Kodifikasi Hadits Munculnya kegiatan untuk menghimpun dan membukukan hadits pada periode ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor di antaranya adalah kekhawatiran akan hilangnya hadis-hadis Nabi disebabkan meninggalnya para sahabat dan tabi’in yang benar-benar ahli di bidangnya sehingga jumlah mereka semakin hari semakin sedikit. Hal ini kemudian memicu para ulama untuk segera membukukan hadits sesuai dengan petunjuk sahabat yang mendengar langsung dari Nabi. Di samping itu pergolakan politik pada masa sahabat setelah terjadinya perang Siffin yang mengakibatkan perpecahan umat Islam kepada beberapa kelompok. Hal ini secara tidak langsung memberikan pengaruh negatif kepada otentitas hadits-hadits Nabi dengan munculnya hadits-hadits palsu yang sengaja dibuat untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok sekaligus untuk mempertahankan ideologi golongannya demi mempertahankan madzhab mereka. Kebijakan khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan karena kondisi di lapangan, hadis telah diselewengkan dan telah bercampur aduk dengan ucapan-ucapan israiliyat, hadits difungsikan untuk menguatkan kedudukan kelompok-kelompok tertentu seperti Bani Umayyah, kelompok khawarij, dan kelompok syiah yang saling berebut membuat hadits-hadits untuk menguatkan eksistensi kelompok masing-masing. Adapun menurut Muhammad al-Zafzaf kodifikasi hadits dilatarbelakangi Para ulama hadits telah tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan hadits akan hilang bersama wafatnya mereka, sementara generasi penerus diperkirakan tidak menaruh perhatian terhadap hadits; Banyak berita yang diada-adakan oleh orang-orang yang suka berbuat bid’ah seperti khawarij, rafidhah, syiah, dan lain-lain yang berupa hadits. C. Sistematika Kodifikasi Hadits Terdorong oleh kemauan keras untuk mengumpulkan hadits priode awal kodifikasi, pada umumnya para ulama dalam membukukannya tidak melalui sistematika penulisan yang baik, dikarenakan usia kodifikasi yang relatif masih muda sehingga mereka belum sempat menyeleksi antara hadits Nabi dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, bahkan lebih jauh dari itu mereka belum mengklasifikasi hadits menurut kelompok-kelompoknya. Dengan demikian karya ulama pada periode ini masih bercampur aduk antara hadits dengan fatwa sahabat dan tabi’in. Walhasil, bahwa kitab-kitab hadits karya ulama-ulama pada masa ini belum dipilah-pilah antara hadits marfu’ mauquf dan maqthu’ serta di antara hadits sahih, hasan, dan dha’if. Namun tidak berarti semua ulama hadits pada masa ini tidak ada yang membukukan hadits dengan lebih sistematis, karena ternyata ada di antara mereka telah mempunyai inisiatif untuk menulis hadits secara tematik, seperti Imam Syafi’i yang mempunyai ide cemerlang mengumpulkan hadits-hadits berhubungan dengan masalah talak ke dalam sebuah kitab. Begitu juga karya Imam Ibnu Hazm yang hanya menghimpun hadits-hadits dari Nabi ke dalam sebuah kitab atas instruksi dari Umar bin Abdul Aziz “Jangan kau terima selain hadits Nabi SAW saja.” Kemudian pembukuan hadits berkembang pesat di mana-mana, seperti di kota Makkah hadits telah dibukukan oleh Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq, di Madinah oleh Sa’id bin Abi Arubah, Rabi’ bin Shobih, dan Imam Malik, di Basrah oleh Hamad bin Salamah, di Kufah oleh Sufyan Assauri, di Syam oleh Abu Amr al-Auza’i dan begitu seterusnya. ***** Daftar Pustaka Ajjaj Al Khatib. 1981. As- Sunnah Qabla Tadwin. Kairo Dar al-Fikr. Dedi Supriyadi. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Bandung Pustaka Setia. Idri. 2010. Studi Hadis. Jakarta Fajar Interpratama Offset. Husain Tuanaya, dkk. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta Kemenag RI. Mudasir. 2005. Ilmu Hadits. Bandung Pustaka Setia. Muhammad al-Zafzaf. 1979. Al-Ta’rif fi al-Qur’an wa al-Hadits. Kuwait Maktabah al-Falah. Subhi as-Salih. 2007. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. Tim Pustaka Firdaus. Jakarta Pustaka Firdaus. Utang Ranuwijaya. 2001. Ilmu Hadis. Jakarta Gaya Media Pratama.
proses kodifikasi hadis masa khalifah umar bin abdul aziz